Deskripsi SDN Darsono 4



Sejarah sekolah
Pada masa awal, Sekolah berdiri di rumah salah seorang warga sekitar dengan jumlah anak didik hanya 20 anak. Berdirinya sekolah ini mempengaruhi minat anak sekitar untuk bersekolah, dan atas izin dari Kepala Desa Darsono Gumitir dirintislah sekolah formal yang kemudian diberi nama SDN Darsono 4 dengan Pak Ari Budiantoko sebagai kepala sekolah. Sampai sekarang jumlah siswa terus mengalami peningkatan, bahkan banyak siswa yang memutuskan pindah ke SDN Darsono 4.





Lokasi 
SDN Darsono 4 merupakan Sekolah Dasar Negeri yang berada di Desa Darsono Gumitir Kecamatan Arjasa Jember. Topografi wilayah di atas bukit, kondisi geografis di SDN Darsono 4 menyajikan pemandangan yang luar biasa dan memberikan keuntungan secara psikolgis bagi pendatang serta menjadi ladang pertanian bagi masyarakat sekitar. 



Akses dan Fasilitas 
Sekolah ini berjarak sekitar 10 km dari pusat kota Jember, 8 km pertama jalan yang dilalui beraspal dan tidak banyak lubang, 2 km selanjtunya kita akan melewati jalan yang dibangun secara gotong royong oleh masyarakat sekitar untuk akses ke sekolah. Jalan yang tidak bisa dilalui mobil ini memiliki kesulitan yang agak tinggi, namun semua itu akan terbayar dengan pemandangan alam yang ada disamping kanan kiri jalan. SDN Darsono 4 memiliki 4 bangunan permanen (3 ruang kelas + 1 ruang guru) dan 1 bangunan semi permanen yang terbuat dari sesek (bambu).


Kegiatan Akademik 
Kebanyakan siswa SDN Darsono 4 seringkali tidak menggunakan seragam formal seperti sekolah lain. Jika mereka memakai seragam, seragam yang sering dipakai adalah seragam putih merah. Hampir setiap hari mereka berangkat ke sekolah tanpa menggunakan sepatu. Sehingga jika habis hujan kaki mereka penuh tanah yang sedangkan saat tidak hujan penuh debu. Namun, Siswa-Siswi SDN 4 Darsono tergolong anak yang sangat aktif dalam berbagai bidang. Mereka memiliki potensi yang sama dengan anak yang lainnya. SDN Darsono 4 memiliki sistem pembelajaran yang seimbang (kognitif, afektif, dan psikomotor). Pembelajaran yang mengutamakan aspek kognitif dilaksanakan pada hari aktif sekolah (hari senin-sabtu). Khusus hari Sabtu hanya sebagian kecil waktu yang digunakan untuk kognitif, adapun selebihnya untuk pengembangan aspek psikomotorik berupa kegiatan ekstrakurikulier (sepak bola, pengambangan diri, atau bahkan kerja bakti membersihkan sekolah). Kegiatan akademik yang mengembangkan aspek afektif dibelajarkan secara terintegrasi melalui pembelajaran terpadu yang setiap hari dilaksanakan, ditambah lagi dengan adanya pengajian rutin setiap sore bagi murid SDN Darsono 4 (bukan rangkaian kegiatan akademik SDN). Dalam pengajian ini ustad memberikan bekal afektif dan kognitif, serta psikomotor halus. Tingkat keberlanjutan pendidikan bagi anak disini sangat minim, karena masalah ekonomi keluarganya. 

Kondisi Sosial - Budaya
Mayoritas masyarakat Desa Darsono adalah suku madura yang dikenal religiusnya. Tidak heran jika murid-muridnya taat beragama. Masyarakat sekitar bekerja sebagai petani, buruh penjaga gudang tembakau, dan kerja serabutan. Banyak siswa SDN Darsono 4 yang sepulang sekolah harus membantu orang tua bekerja. Sedangkan sore harinya mereka mengaji. Bagi masyarakat Desa Darsono mengaji adalah kegiatan yang tidak boleh ditinggalkan bahkan menganggap pendidikan formal (sekolah) menjadi kebutuhan sekunder. Sehingga menganggap tidak masalah tidak sekolah, asal masih bisa mengaji. Pernikahan dini disini juga tinggi, karena masyarakat Desa Darsono memiliki pola pikir bahwa dengan menikahkan anak pada usia muda maka akan mengurangi beban keluarga, karena si anak sudah “dianggap” bisa bertanggungjawab atas dirinya dan keluarganya. Hal ini menimbulkan berbagai dampak, seperti ; 1) rendahnya tingkat pendidikan yang juga pastinya akan berdampak pada keberlajutan generasi berikutnya di dunia pendidikan. 2) masalah kemiskinan (ekonomi) yang semakin memprihatinkan karena tidak memiliki cukup pengetahuan untuk mengolah sumber daya alam di sekitar Desa Darsono, dimana pengetahuan untuk mengelolah lingkungan dan SDA sebagian besar diperoleh melalui jalur pendidikan 3) intensitas perceraian sebagai akibat dari pernikahan usia dini, karena ketidaksiapan secara psikologis untuk membangun rumah tangga. Dari dampak ini maka akan menjalar menjadi permasalahan yang lebih kompleks seperti anak terlantar dan tidak terawat, padahal dia memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan.


ttd : Sobat Pengajar II Darsono 






Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGUMUMAN LOLOS SELEKSI BERKAS OPEN RECRUITMENT SOBAT PENGAJAR 13

PENGUMUMAN LOLOS TAHAP MICROTEACHING 1 OPEN RECRUITMENT SOBAT PENGAJAR 13 UKM UNEJ MENGAJAR

Pengumuman Lolos Seleksi Tahap Wawancara Calon Sobat Pengajar 13