Menyapa Sabtu, Aku Menyapa Bahagia
Bendera kami selalu megah karena dia hanya dikibarkan di tempat tinggi dan berkawan langit. |
Selamat pagi!
Pukul 07.00 pagi.
Pagi selalu cerah jika aku bisa berjalan-jalan, bertemu orang-orang, tanpa harus berlama-lama di balik dinding kos hanya menyiapkan sesuatu tidak jelas dan enggan keluar. Hari itu Sabtu, hari yang indah dan bendera itu menggambarkan sekali suasana hatiku. Berkibar, bergelora, penuh semangat tanpa peduli alang rintang, sejuk, dan rasanya menyenangkan. Andai aku bisa mengatakannya, bahagia sekali bisa menyapa dunia sepagi itu.
Hanya setiap
Sabtu, aku merasa hidup seperti itu. Cerah dan ceria seperti biasanya
aku. Tidak bosan, tidak jengah, tidak patah arang meski aku hanya lihat
jalan yang menanjak di depanku. Meski lelah sekali perjalanan menuju
tempat itu. Hanya ada dua
kemungkinan, apakah karena aku menyukai anak-anak atau apakah aku menyukai hal yang tidak umum seperti mengajar tanpa dibayar. Yah, karena aku pun belum butuh uang sama sekali.
kemungkinan, apakah karena aku menyukai anak-anak atau apakah aku menyukai hal yang tidak umum seperti mengajar tanpa dibayar. Yah, karena aku pun belum butuh uang sama sekali.
Setiap Sabtu, gemas sekali ketika didekati oleh anak-anak itu. |
Anak-anak itu senang sekali mendekatiku, apalagi ketika aku membawa hadiah. Mereka merajuk, menarik-narik, menengadahkan tangan, melambai-lambai, bahkan tak jarang sampai ingin merebut hadiahnya dari tanganku. Hahaha
Gemas sekali. Mereka sama sekali tidak takut pada orang asing sepertiku. Lain sekali dengan aku saat masih kecil dulu. Dengan orang yang kukenal pun, aku masih saja merasa takut. Takut sekali sampai aku sungkan melakukan apapun.
Bahkan sampai sekarang, aku masih kadang seperti itu. Dapatkah aku belajar memperbaiki diriku, dari anak-anak itu? Anak-anak yang ceria tanpa mengetahui bahwa sekeliling mereka penuh dengan kekurangan, penuh dengan keterbatasan. Oh, bangsaku.. semoga tetap kuat meski terhalang banyak kekurangan!
Bosan? Bukan, aku bahkan sampai lupa waktu, aku melupakan jam kuliahku hari itu. Oh God hihi |
Gendut? Haha. Mungkin karena sekarang jarang sekali melakukan olahraga dan makan tidak teratur.
Aku biasanya kurang
percaya diri dengan penampilan. Aku bisa berjam-jam di depan kaca,
memadupadanku baju sebaik mungkin, untuk menutupi berat badan sebisa
mungkin. Tapi Sabtu itu, serta Sabtu-Sabtu yang lain. Kebiasaan itu
menghilang. Aku bebas menjadi diriku sendiri. Entah kenapa harus hari
Sabtu. Ah, kata orang, itu hanya bahasa pemrogaman otak kita. Diri
sendiri lah yang bisa mengaturnya. Mungkin saja karena aku salah
memprogram otakku sendiri. Seharusnya aku menghilangkan kebiasaan buruk
itu Senin sampai Minggu dan Minggu sampai Senin kembali. Hihhi
Menarik sekali, foto ini seperti menyimpan banyak hal baik yang sebenarnya ada dalam diriku. |
Geli sekali sebenarnya, karena sepanjang posting ini aku sudah 3 kali meletakkan foto diriku sendiri. Tapi ketiga foto tersebut membuatku merenung lebih lama hari ini. Foto-foto itu hebat sekali, diambil oleh saudaraku di Ujar, namanya mas Arif. Fotonya bernyawa. Membuatku merasa tergugah untuk bangun kembali. Menyadari bahwa sebenarnya masih ada sesuatu yang sangat hidup dalam diriku.
Aku terlalu lama tenggelam, mungkin. Hingga aku terlambat menyadari akan arti penting waktu yang kumiliki, tubuh yang kutinggali, serta betapa bersinarnya jiwa yang kukendalikan ini.
Bukankah, semua orang berhak merasa hebat atas dirinya sendiri? Lantas, kenapa masih ada orang seperti aku yang menganggap semuanya sudah berakhir, atau perjuangan sudah berhenti, dan aku hanya perlu bertahan?
Tidak ada hidup yang seperti itu.
Hidup harus tetap semangat, tidak boleh berhenti untuk menyapa bahagia.
Seperti Hari Sabtu :)
Apa yang mereka katakan itu benar, kita benar-benar akan merasa hidup bersama orang-orang yang kita sayang, apalagi saat melakukan perjuangan kita bersama-sama. |
Ditulis oleh perasaan riang gembira dan penuh perenungan oleh Arifah Nur Hasanah (SP4)
sumber: http://arifahnh.blogspot.co.id/2015/11/sesi-curhat-menyapa-sabtu-aku-menyapa.html
Komentar
Posting Komentar