October on Duty
Hai oktober! Hari
ini aku bertugas lagi, mengemban amanah moral untuk pendidikan bermutu
nya adek-adek kebangsaanku. Ah apa maksudnya, hehe, intinya itu adek-adek
yang belum beruntung seperti aku harus mendapatkan pendidikan terbaik di
masanya. Siapa lagi kalau bukan aku yang berusaha memastikannya? Aku
yang amat beruntung mendapatkan pendidikan terbaik dari awal sekolah
dulu.
Anak-anak kelas 4
sangat bersemangat sekali hari ini. Semalam aku menyiapkan beberapa
cerita untuk mereka, aku tiba-tiba ingin bercerita saja. Apalagi mood ku
sedang tidak begitu baik akhir-akhir ini. Mungkin melihat mereka
mendengarkan dan menyimak akan membuat perasaanku lebih baik.
Jjam menunjukkan
angka 9 ketika semua urusan di kelas selesai. Seharusnya ini waktu
adek-adek beristirahat. Jadi aku tanyakan kembali pada mereka. Apakah
tetap akan melanjutkan latihan upacara di lapangan atau istirahat dulu.
"Ayo kak istirahatnya nanti saja habis upacara kak.."
Baiklah aku turuti. Terlebih karena itu adalah permintaan langsung mereka. Aku hanya mengingatkan agar semua nya memegang janji. Tidak ada ke kantin, tidak ada maen bola, dan tidak ada kata malas.
Namun ternyata, beberapa anak meminta izin tidak ikut upacara. Dengan alasan mereka bukan petugas, mereka tidak mau hanya jadi peserta upacara. Hmm.. aku tahu aku harus sabar. Aku beri mereka tugas di kelas, agar mereka tertib dan tetap terkendali. Aku berikan 8 buah soal matematika yang harus mereka selesaikan bersamaan dengan latihan upacaranya. Jika belum selesai, mereka tidak diizinkan untuk beristirahat.
Sedih aku sebenarnya. dari sini, terlihat bahwa anak kelas 4 tidak kompak. Terdapat gap di antara mereka, berkubu-kubu, bahkan ada kubu yang lebih berkuasa, ada kubu yang mengalah tapi sebenarnya tertumpuk rasa benci di hatinya. Lelah juga melihatnya. Mungkin karena itu selama ini, di kelas 4, ada titik-titik berbeda dan membuat urusan mengajar semakin komplit. Ada titik rusuh, ada titik rame, ada titik pasif, tapi ada juga titik dengan atensi tinggi.
Pagi yang cerah,
hari ini kami terlambat datang ke sekolah, karena kunci motor teman kami
ada yang hilang. Keberangkatan kami jadi sedikit terhambat. Selain itu,
jalan menuju SD Darsono sedang dalam perbaikan. Bahkan motor yang
kusetiri sempat terjebak di pasir dan bebatuan, membuat kami semakin
lama di perjalanan. Selain itu di sekitar 100 meter jalan, Aku terpaksa
menurunkan teman boncengku untuk berjalan kaki. Demi alasan keamanan,
daripada aku menjatuhkan temanku seperti waktu silam, saat aku tidak jua
menguasai medan jalan. hehe
08.15 kami baru
tiba di sekolah. Jika sabtu sebelumnya kita bahkan hadir sebelum jam 8
pagi. Hari ini memang agak kesiangan. Selain itu, mulai minggu ini kami
tidak diizinkan mengajar adek-adek kelas 1 lagi. Katanya supaya hemat
tenaga kami, karena anak kelas 1 masih bisa di handle oleh guru-guru yang lain.
Jadi hari ini
formasi kami sedikit berubah daripada yang seharusnya kami rencanakan.
Kak Nafthah dan kak Fikry yang semestinya dapat bagian kelas 1, akhirnya
berpencar ke kelas 3 dan 4. Akhirnya, aku ditemani kak Fikry ngajar di
kelas 4. sudah lama banget ya rasanya nggak ngajar mereka.
Kami bertujuh dan ini hampir full team. Dari kanan atas itu Kak Yuni, Kak Vungky, Kak Nanda, dan aku. Dari kanan bawah itu Kak Nafthah, Kak Fikry, dan Kak Rossy. |
Tapi apa daya. Dari awal aku dan Kak Fikry datang, mereka langsung berebut menyebutkan permintaan mereka.
"Kak ajari kita upacara bendera ya Kak, kita mau jadi petugas upacara besok Senin, ya kak yaa..," kata mereka memaksa. Kaget sekali tiba-tiba dimintai melatih upacara. Terlebih itu harus dilakukan di lapangan, terbuka, dan pasti ramai serta lari-larian adek-adekku ini.
"Kak ajari kita upacara bendera ya Kak, kita mau jadi petugas upacara besok Senin, ya kak yaa..," kata mereka memaksa. Kaget sekali tiba-tiba dimintai melatih upacara. Terlebih itu harus dilakukan di lapangan, terbuka, dan pasti ramai serta lari-larian adek-adekku ini.
Atas dasar rasa tak
tega dengan antusiasme mereka. Akhirnya aku dan Kak Fikry mengalah
saja. Kita akan berlatih upacara di lapangan, tapi aku memiliki 4
syarat.
"Baik kalau begitu.. kita latihan upacara ya di lapangan.."
"Horeeeee... ayo kak sekarang.."
"Sssst, diam dulu semua ya. Boleh di lapangan, tapi kakak punya 4 syarat yang kalau salah satu melanggar, maka kita semua kembali ke kelas. Mengerti?"
"Iya kaaakkk, ayo kak sekarang keluar kelas Kakk.."
"Horeeeee... ayo kak sekarang.."
"Sssst, diam dulu semua ya. Boleh di lapangan, tapi kakak punya 4 syarat yang kalau salah satu melanggar, maka kita semua kembali ke kelas. Mengerti?"
"Iya kaaakkk, ayo kak sekarang keluar kelas Kakk.."
Sayangnya, mereka
ini amat memaksa dan tidak sabaran. Aku bingung, aku sama sekali nggak
bisa membayangkan untuk membawa mereka keluar kelas seperti ini. Karena
pasti ricuh, pasti ramai dan tidak tertib, pasti ada yang asyik maen
sendiri, ada yang asyik jajan ke kantin, dan ada yang pasif. Snak kelas 4
ku ini amat sangat beragamnya.
Keberadaan Kak
Fikry sangat membantu. Kami berdua saling bahu membahu untuk menenangkan
adek-adek manis ini. Aku menjelaskan 4 syarat itu 1) TERTIB; 2) AKTIF;
3) SABAR; dan 4) SEMANGAT. Dan karena dek-adek ini sangat rame, kami
berdua menambah peraturan baru, "Angkat tangan jika mau bicara, silahkan
bicara setelah dipersilahkan". Ya, ya, ya, rasanya sabtu ini aku
semakin tegas saja menghadapi adek-adek kelas 4. Mungkin ini pengaruh
dari moodku yang sedang kurang baik, atau pengaruh dari emosiku yang
agak labil. Tapi kalau kata Kak Fikry, "Luar biasa bandel ya fah anak
kelas 4, megelno.. hoho".
Begini hasil dari mempertahankan adek-adek tetap di dalam kelas. Lelahnya, tapi lega. |
"Ayo kak istirahatnya nanti saja habis upacara kak.."
Baiklah aku turuti. Terlebih karena itu adalah permintaan langsung mereka. Aku hanya mengingatkan agar semua nya memegang janji. Tidak ada ke kantin, tidak ada maen bola, dan tidak ada kata malas.
Namun ternyata, beberapa anak meminta izin tidak ikut upacara. Dengan alasan mereka bukan petugas, mereka tidak mau hanya jadi peserta upacara. Hmm.. aku tahu aku harus sabar. Aku beri mereka tugas di kelas, agar mereka tertib dan tetap terkendali. Aku berikan 8 buah soal matematika yang harus mereka selesaikan bersamaan dengan latihan upacaranya. Jika belum selesai, mereka tidak diizinkan untuk beristirahat.
Sedih aku sebenarnya. dari sini, terlihat bahwa anak kelas 4 tidak kompak. Terdapat gap di antara mereka, berkubu-kubu, bahkan ada kubu yang lebih berkuasa, ada kubu yang mengalah tapi sebenarnya tertumpuk rasa benci di hatinya. Lelah juga melihatnya. Mungkin karena itu selama ini, di kelas 4, ada titik-titik berbeda dan membuat urusan mengajar semakin komplit. Ada titik rusuh, ada titik rame, ada titik pasif, tapi ada juga titik dengan atensi tinggi.
Rita sedang membaca teks doa. Ada Silman yang seharusnya tetap siap sebagai pemimpin upacara, juga ada Anto yang bertugas sebagai dirijen. |
Latihan upacara
berjalan lancar. Adek-adek juga tertib meskipun ada satu-dua anak yang
mencuri waktu pergi ke kantin. Cuaca sedang panas. Tapi kami tetap
semangat. Apalagi aku sedang mengalami radang tenggorokan,
sedikit-sedikit batuk dan serak bicara. Terlebih cuacanya yang kering
membuat debu berterbangan kesana kemari. Aku jadi harus ekstra
hati-hati. Menyiapkan masker dan minum air putih sesering mungkin.
Jam menunjukkan
angka 09.40. Latihan upacara selesai. kegiatan adek-adek setelah ini
adalah istirahat. Kami beri mereka waktu 30 menit untuk istirahat, dan
kembali ke kelas jam 11.30. Sedangkan untuk adek-adek yang mengerjakan
soal di dalam kelas, baru diperbolehkan istirahat jika pekerjaannya
sudah selesai. Aku sekaligus mencoba membahas soal itu di depan sekali. Miris sekali. Mereka anak kelas 4 sangat tidak menguasai matematika. Padahal aku hanya meminta jalan berpikir yang benar. Hitungan mereka
boleh salah. Tapi mereka tidak boleh sepayah itu dalam berlogika. Dmatematika adalah yang mereka butuhkan.
Mengoreksi pekerjaan matematika adek-adek yang tidak ikut upacara. |
Meski begitu aku
sedikit terhibur karena adek-adek tidak sepenuhnya membenci matematika. Mereka hanya ingin sedikit lebih mengerti. adi aku mencoba memahamkan
mereka dengan beberapa soal cerita. walau harus tertatih-tatih aku
menjelaskan, aku berharap adek-adek ini mendapat manfaat dari
matematika.
Kelas mendongeng. Aku mencoba menceritakan Malin Kundang seseru yang aku bisa. |
Rujakan. Kami diberi rujak oleh bapak guru. Akhirnya kami rujakan bareng-bareng di depan kelas 4. |
***
ditulis oleh Arifah Nur Hasanah (SP4)
sumber: http://arifahnh.blogspot.co.id/2015/10/october-on-duty.html
Komentar
Posting Komentar