Ruang Kelas Hanya Empat, Diasuh Lima Guru
Berikut hasil berita tentang launching ujar for scholarship oleh Humas UNEJ bapak Iim Fahmi Ilman yang di ambil dari Web Universitas Jember.
Jember, 18 Maret 2013
Gerakan Universitas Mengajar (UJAR) yang digagas oleh para mahasiswa Universitas Jember makin melebarkan sayap kegiatannya. Gerakan voluntir ini tidak hanya mengerahkan anggotanya untuk menjadi jadi pengajar di beberapa sekolah dasar di Jember, kini mereka juga memberikan beasiswa dan giat menyebarkan buku. Berikut laporan staf Humas dan Protokol, Iim Fahmi Ilman yang mengikuti kunjungan Rektor Universitas Jember, Drs. Moh. Hasan, MSc., PhD ke SDN Darsono 4, salah satu sekolah yang dibina oleh para duta Kampus Tegalboto. Laporan ini dituangkan dalam dua tulisan.
SDN Darsono 4 yang berada di Dusun Gumitir, Desa Darsono Kecamatan Arjasa sebenarnya tidak terlalu jauh dari kota Jember. Kira-kira kurang dari 12 kilometer saja ke arah utara Kampus Tegalboto Universitas Jember. Namun kondisi geografi dimana sekolah ini berada memang berbukit-bukit sehingga tidak memungkinkan mobil mencapainya, kecuali sepeda motor. Jika kondisi hujan, maka jalanan yang masih berupa tanah jadi licin, tentu membahayakan jika harus bersepeda motor. Maka pilihannya tinggal berjalan kaki saja. Kendaraan dinas yang kami tumpangi terpaksa berhenti, parkir di halaman seorang warga.
Perjalanan pun harus dilanjutkan dengan berjalan kaki. Sebuah papan nama yang bertuliskan nama SDN Darsono 4 tepat di sebuah pertigaan menginformasikan jarak yang masih harus kami tempuh, tinggal 50 meter lagi. Namun ternyata kalau saya hitung jarak yang harus kami tempuh sekitar 500 meter, dengan jalan yang makin lama makin menanjak ! Untungnya pemadangan di sepanjang jalan yang kami lewati menyejukkan mata dengan hamparan tegalan yang ditanami berbagai macam tanaman berseling lembah yang cukup curam.
Sepanjang jalan, Rektor Universitas Jember yang akrab dipanggil Pak Hasan bercerita bahwa kondisi Desa Darsono ini mengingatkan dirinya pada tanah kelahiran di Kepanjen, Malang. “Saya juga lahir dan besar di desa, jadi kalau harus berjalan naik turun seperti ini sudah biasa. Tapi cukup bikin keringetan juga yah,” guyonnya kepada kami. Salah seorang kawan menimpali, seharusnya tadi memakai sepatu kets dan kaos saja, bukannya sepatu pantofel dan baju batik. Hari ini memang hari Kamis (14/3), semua pegawai Universitas Jember disarankan memakai baju batik.
“Anak-anak UJAR itu tangguh dan tabah, tanpa imbalan setiap minggunya mau mengajar dengan kondisi jalan yang seperti ini,” kata Pak Hasan kepada kami. “Semoga mereka bisa istiqomah. Nanti saya usulkan kepada Pak Jito (Drs. Sujito, PhD, Ketua LPM Universitas Jember) agar pengabdian anak-anak UJAR bisa dihitung sebagai Kuliah Kerja. Toh apa yang mereka kerjakan hampir sama dengan kegiatan Kuliah Kerja, apalagi karya mereka langsung dinikmati oleh masyarakat,” tambahnya.
Lima belas menit berjalan, sampailah kami di sebuah puncak bukit yang dihiasi bangunan sederhana. Saya mengenalinya sebagai SDN Darsono 4, maklum beberapa kali Mas Abdul Aziz, Direktur UJAR memperlihatkan foto-foto kegiatan para sobat UJAR saat mengajar di SDN Darsono 4. Ternyata pantia penyambutan kecil sudah disiapkan, semua siswa SDN Darsono 4 berjajar rapi menyambut kami. Bocah-bocah itu segera mencium tangan kami, semua tampak ceria.
“Lho, itu kan bangunan yang ada di foto,” kata saya kepada Abdul Aziz. “Kenapa roboh Mas,” tanya saya lagi. “Seminggu lalu roboh Mas, tidak kuat kena hujan dan angin,” jawan Aziz. Bangunan yang terbuat dari kayu dengan dinding separuh dari gedeg dan hanya beratap asbes itu saya kenali juga dari foto-foto yang dibawa oleh para sobat UJAR. Padahal bangunan yang kini roboh itu menjadi salah satu tempat sobat UJAR mengajar. Maklum, SDN Darsono hanya memiliki tiga lokal kelas dan satu ruang kelas yang belum sepenuhnya jadi. Ruang kelas baru hasil swadaya masyarakat ini masih berlantai tanah, itupun disekat jadi dua untuk ruang guru.
SDN Darsono 4 baru berdiri empat tahun lalu dengan diasuh oleh lima orang guru. Seorang kepala sekolah yang sudah PNS dan sisanya masih berstatus tenaga honorer, sementara muridnya ada 120-an siswa. Jumlah siswa ini bisa bertambah atau berkurang sesuai dengan kondisi. Misalnya sedang panen kopi, maka banyak anak yang diajak orang tuanya membantu di ladang. Beberapa warga lebih senang mengirimkan anaknya ke pondok pesantren.
Acarapun segera dimulai, deretan beberapa meja yang disatukan membentuk panggung darurat. Gerai tawa dan celotehan bocah terdengar riuh disana sini, beberapa anak sudah siap dengan make up seadanya. Tampaknya mereka akan pentas hari ini. Aziz dan kawan-kawan tampak repot mengatur anak didiknya. Ada juga anak-anak yang malah mengajak kakak-kakaknya dari kampus Tegalboto ini untuk praktek berbahasa Inggris. Mereka tampak akrab dan manja dengan para mahasiswa Universitas Jember. Pemberitahuan dari pembawa acara bahwa acara segera dimulai, menyatukan perhatian kami ke panggung sederhana tadi. Sementara itu Pak Hasan tampak bercengkerama dengan kepala Sekolah SDN Darsono 4, Drs. Ari Budiantoko dan tetamu lainnya.
“Hari ini saya mohon Pak Rektor meresmikan Gerakan UJAR Scholarship dan UJAR Bagi Buku,” kata Aziz saat memberikan laporan. Gerakan UJAR Scholarship pada tahap awal memberikan beasiswa bagi lima belas anak yang dinilai memiliki kemampuan akademis bagus, berasal dari keluarga kurang mampu dan memiliki pengaruh terhadap kawan-kawannya. Setiap bulan mereka menerima seratus ribu rupiah selama enam bulan. Harapannya, pemberian beasiswa akan memacu siswa yang lain untuk belajar lebih giat lagi.
Kelima belas beasiswa dibagi rata untuk tiga sekolah yakni di SDN Darsono 4, Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Ulum Mayang dan SDN Bintoro 5. “Dananya dari para donatur dan sumbangan melalui gerakan seribu rupiah setiap bulannya yang kami gulirkan di tiap-tiap fakultas melalui sobat UJAR,” jelas Aziz lagi. Sementara untuk Gerakan UJAR Bagi Buku, mereka telah berhasil mengumpulkan lima puluh buku yang juga dibagi rata untuk tiga sekolah tadi.
Acara pun berlanjut dengan diselingi dengan unjuk kebolehan para siswa yang dibina oleh para sobat UJAR. Ada paduan suara, baca puisi, ada juga yang menyanyi sambil menari. “Setiap pekan di hari Sabtu dan Minggu ada sepuluh sobat UJAR yang meluangkan waktu untuk mengajar baik di SDN Darsono 4, MI Miftahul Ulum dan SDN Bintoro 5. Di hari Sabtu kami mengajarkan mata pelajaran yang ada di sekolah, sementara hari Minggu kami isi dengan kegiatan ekstra kurikuler. Tiap bulan juga ada penyuluhan yang temanya berganti-ganti. Kami berharap makin banyak lagi mahasiswa Universitas Jember yang bergabung di Gerakan UJAR dan makin banyak lagi donatur yang tergerak membantu,” tutur Aziz yang mahasiswa FKIP ini. (bersambung)
Komentar
Posting Komentar