Mengajar? Mengapa tidak..!!!
Beberapa
bulan yang lalu aku menikmati akhir pekanku dengan kegiatan yang berbeda dengan
hari-hari yang pernah aku lalui sebelumnya. Aku berpetualang dan berbagi dengan
orang baru dan tempat yang baru pula. Sebelumnya, mungkin akan kuperkenalkan
diriku terlebih dahulu. Namaku Hanifa Ariyanti. Aku salah satu mahasiswi
Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Jember. Sebenarnya mahasiswa FKM
berkompeten dibidang penyuluhan kesehatan di masyarakat. Namun kini aku merasa
jadi sosok berbeda sejak mengikuti program Unej Mengajar, aku akan mengajar!
Mengajar di sebuah desa yang letaknya tak jauh dari pusat kota Jember, sekitar 40 menit
perjalanan menggunakan sepeda motor.
Aku tak sendiri, aku bersama beberapa
kawan yang juga akan ikut mengajar di SDN Darsono 4. Kami menelusuri jalanan
yang awalnya biasa saja namun kemudian harus melewati jalan yang sepertinya tak
pernah diperhatikan pemerintah. Hingga pada akhirnya kami sampai di desa
Darsono, kami menitipkan sepeda kami di salah satu rumah warga karena untuk
mencapai tempat kami mengajar jalan yang ditempuh sulit sehingga harus berjalan
sekitar 500 M untuk mencapai sekolah. Dalam perjalanan ini aku tidak merasa
seperti akan mengajar, namun merasa sedang mengikuti penjelajahan. Kami
menelusuri jalanan menanjak dengan pemandangan bukit dan sawah yang sungguh
menakjubkan. Di tengah perjalanan mulai tampak bangunan diujung bukit,
tampaknya itu adalah sekolah tempat kami akan mengajar. Dengan nafas yang mulai
terengah-engah akibat jalanan menanjak, kamipun sampai disekolah tersebut. Kami
disambut oleh puluhan malaikat kecil yang menggemaskan. Mereka menciumi
tanganku dan menanyakan siapa namaku. Sangat tampak semangat dan kegembiraan
dari senyuman mereka. Mereka adalah adik-adik yang akan menemaniku menghabiskan
waktu hari ini. Kalau boleh menilai, tempat mereka tak seperti sekolah pada
umumnya, tempat mereka belajar hanyalah berlantai tanah dengan genangan air dan
berdinding “gedek”.
Di
sekolah ini hanya ada lima kelas, tak ada kelas 6 karena sekolah ini masih
tergolong baru. Di sekolah ini hanya ada 4 orang guru. Di sekolah ini tak ada
ketentuan harus memakai seragam. Adik-adikku ada yang memakai kaos olahraga
dari sekolah lain, ada yang memakai celana pramuka namun memakai kaos oblong, ada yang menggunakan jersey
timnas Indonesia atupun klub luar negeri. Matakupun dapat menangkap bahwa
adik-adikku ini tak mengenakan sepatu! Mereka memakai sandal jepit. Itulah
gambaran keadaan adik-adik ditempatku mengajar. Namun jangan salah, semangat mereka
tak kalah dengan semangat para pejuang terdahulu. Mereka sangat antusisas
dengan pelajaran yang kami berikan. Kebanyakan mereka menyukai pelajaran
matematika dan menggambar.
Kebanyakan dari mereka tak begitu paham
berbahasa Indonesia dan hanya paham bahasa madura. Sehingga beberapa kawanku
kesulitan berkomunikasi. Namun itu tak menjadi masalah bagi kami untuk tetap
mengajar dan menyalakan lilin perubahan untuk adik-adik kami. Setiap Sabtu kami
mengajar seperti pelajaran disekolah pada umumnya dan hari Minngunya kami
mengajar ekstrakulikuler yaitu pramuka, sepakbola, dan bulu tangkis. Senyuman
dan semangat merekalah yang menjadi penyemangat kami disaat kami mulai akan
menyerah. Aku pribadi sangat bangga dengan perjuangan adik-adikku disana.
Mereka masih SD harus menelusuri jalanan yang cukup jauh untuk pergi sekolah,
menjadi sindiran tersendiri bagiku yang terkadang malas pergi kuliah padahal
jaraknya tak seberapa.
Sejak aku mengajar, tak sedikit orang
yang bertanya berapa bayarannya? Kamu dapat apa disana? Aku dan semua kawanku
mengajar bukan untuk dibayar dengaan uang. Kami mahasiswa sebagai agen
perubahan harus melakukan sesuatu untuk Indonesia tercinta ini. Sudah bosan
mendengarkan celotehan yang hanya menyalahkan, sekarang adalah saatnya menyalakan
lilin perubahan yang lebih baik. Prestasi dan perubahan positif dari
adik-adikku disana merupakan bayaran yang sangat berharga bagi kami. Mereka
adalah aset negara. Indonesia membutuhkan mereka.
Itulah sepenggal cerita pengalaman yang
takkan terlupa. Ayo semangat untuk semua pemuda! Berhentilah mengutuk kegelapan
dan mulailah nyalakan lilin perubahan. Dari hal kecil, dari diri sendiri dan
dari sekarang!
Best Regard
Hanifa (SP Angkatan II Ujar)
Komentar
Posting Komentar